AMRI, KHAIRUL (2025) KEKUATAN HUKUM KETERANGAN AHLI KEDOKTERAN FORENSIK DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BAYI (Kajian Terhadap Perkara Nomor 114/Pid.B/2022/PN Bir). S1 thesis, universitas malikussaleh.
|
Text
cover.pdf Download (29kB) |
|
|
Text
ringkasan.pdf Download (120kB) |
|
|
Text
bab 1.pdf Download (475kB) |
|
|
Text
daftar pustaka.pdf Download (400kB) |
|
|
Text
SKRIPSI KHAIRUL AMRI.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Abstract
Permasalahan dalam penelitian ini berawal dari Putusan Nomor 114/Pid.B/2022/PN Bir terkait pembunuhan bayi oleh ibu kandung, di mana keterangan ahli forensik berupa visum et repertum menjadi bukti kunci. Namun, keterangan ahli sering belum dijadikan pertimbangan utama, meskipun Pasal 184 ayat (1) huruf b dan Pasal 133 ayat (1) KUHAP menegaskan kedudukannya sebagai alat bukti sah dan wajib diminta dalam perkara yang menyangkut kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya keterangan ahli kedokteran forensik dalam mengungkap fakta hukum pada perkara pidana pembunuhan bayi dalam perkara Nomor 114/Pid.B/2022/PN Bir, serta menganalisis kedudukan keterangan ahli kedokteran forensik dalam sistem pembuktian menurut hukum acara pidana. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif. Sumber data yang digunakan berupa data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen, kemudian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pentingnya keterangan ahli kedokteran forensik dalam bentuk visum et repertum dalam pembuktian perkara pidana pembunuhan bayi karena mampu memberikan bukti yang kuat, sah, dan objektif mengenai sebab kematian, waktu kematian, serta adanya kekerasan pada tubuh korban. Visum et repertum bukan sekadar pelengkap, melainkan alat bukti utama yang diakui secara hukum berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP dan menjadi penentu terpenuhinya unsur pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP. Dalam kasus pembunuhan bayi oleh terdakwa Ikhlas Afifuddin sebagaimana tertuang dalam Putusan Nomor 114/Pid.B/2022/PN Bir, dua visum et repertum dari dr. Nova Roslita, Sp.OG dan dr. Muammar berhasil mengungkap bahwa bayi lahir dalam keadaan hidup dan kemudian dibuang, yang memperkuat konstruksi hukum bahwa perbuatan terdakwa memenuhi unsur pidana. Kedudukan keterangan ahli forensik dalam sistem pembuktian pidana menjadi sangat menentukan, karena tidak hanya memperkuat keyakinan hakim dalam menjatuhkan vonis pidana sembilan tahun penjara, tetapi juga menjamin tegaknya keadilan substantif dan akuntabilitas proses peradilan. Disarankan agar aparat penegak hukum memastikan visum et repertum dikumpulkan sejak awal penyidikan serta melibatkan dokter forensik secara profesional, demi memperoleh bukti ilmiah yang sah, akurat, dan berkualitas, serta mendorong hakim untuk menilai kekuatan pembuktian keterangan ahli forensik, khususnya dalam kasus pembunuhan bayi yang minim saksi.
| Item Type: | Thesis (S1) |
|---|---|
| Subjects: | K Law > K Law (General) |
| Divisions: | Fakultas Hukum > 74201 - Program Studi Ilmu Hukum |
| Depositing User: | KHAIRUL AMRI |
| Date Deposited: | 18 Sep 2025 06:41 |
| Last Modified: | 18 Sep 2025 06:41 |
| URI: | https://rama.unimal.ac.id/id/eprint/15643 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |




